Sering kali kita menganggap sebuah kesalahan, dosa, kekhilafan, kealpaan, atau kekosongan dari sebuah rutinitas sebagai pembatas atau titik akhir atas sebuah istiqamah kebaikan tertentu atau kontinuitas rutin ibadah kita selama ini. Dengan anggapan demikian, kita merasa bahwa kita tidak dapat meraih istiqamah.

Hal ini biasa diungkapkan dalam bahasa Indonesia dengan panas setahun dihapus hujan sehari, nila setitik rusak susu sebelanga, atau ungkapan serupa lainnya.

Sejatinya, kita tidak boleh keliru memang sebuah dosa, kekhilafan, kealpaan, atau kekosongan ibadah dan kebaikan di tengah rangkaian panjang ibadah rutin atau kebaikan yang selama ini kita kerjakan. Hal ini diingatkan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam salah satu hikmahnya:

إذا وقع منك ذنب فلا يكن سبباً ليأسك من حصول الاستقامة مع ربك فقد يكون ذلك آخر ذنب قدر عليك

Artinya, “Jika kau terjatuh pada sebuah dosa (khilaf dan alpa), maka jangan jadikan itu sebagai sebab bagimu berputus asa untuk meraih istiqamah bersama Tuhanmu karena mungkin saja itu adalah dosa terakhir yang ditakdirkan untukmu.”

Selengkapnya –>